nonton film

Minggu, 29 Oktober 2017

Nikmatnya Di Gangbang Oleh Lelaki Yang Berbeda


Nikmatnya Di Gangbang Oleh Lelaki Yang Berbeda



ceritaseksualiti.blogspot.com - Tidurku yang pada malam itu tak nyaman karena mungkin dilanda mimpi buruk, terasa makin tak nyaman karena nafasku tiba tiba terasa sesak, dan tubuhku seperti terhimpit oleh sesuatu. Namun aku juga merasakan kalau selangkanganku ada sesuatu yang menganjal, seperti ada penis yang mengaduk vaginaku.
Belum lagi rasanya payudaraku diremas lembut, membuatku perlahan tersadar dari tidurku, untuk kemudian mendapati ternyata Dika yang membuatku terbangun dengan menyetubuhiku.
Aku yang masih belum sadar pada saat itu, terkejut melihatnya ada di kamarku, apalagi sedang menyetubuhiku, membuatku menjerit ketakutan dan mendorongnya, namun ia terlalu kuat untuk di lawan dan apala daya aku hanya seorang wanita yang akan kalah dengan tenaga pria.
“Lho Non Mita, katanya mulai kemarin saya boleh menikmati Non?” tanya Dika memprotesku. Aku langsung sadar, teringat kemarin memang aku menjanjikan hal ini. “Tapi bukan gini caranya Dika! Masa aku lagi tidur kamu ajak beginian.
Nggak sopan tahu! Lagian aku tadi masih belum sadar benar, bangun bangun ada orang lain di kamarku, kukira aku sedang diperkosa ataupun di rampok”,. Sedikit jual mahal boleh dong? 

Mendengar omelanku, Dika terdiam. Tapi penisnya yang menancap di vaginaku tidak mengendur sedikitpun. Aku menghela nafas panjang, lalu berkata “Ya sudah, cepat lanjutkan. Mana kamu ini lama lagi kalau main. Oh tunggu!”, tiba tiba aku teringat dan menurunkan volume suaraku, “Gila kamu ya Dika, kakakku mana??”. Dika cengengesan dan berkata, “tenang Non, liat ini jam berapa? Kakak non sudah pergi setengah jam yang lalu kok. Dan saya sudah tidak tahan untuk bermain lagi dengan non nih”. Oh.. aku sedikit lega, dan melihat jam, yang ternyata sudah jam 08:15 pagi. “Lalu, sejak jam berapa kamu nggghh… ” belum selesai aku bertanya, Dika sudah mulai menggenjotku dengan tak sabar, hingga aku melenguh, keenakan.

“Oh..Enak Dika… kamu…”, desahku nikmat. Dika tersenyum penuh kemenangan, membuatku sedikit jengkel juga, tapi hanya sebentar, karena rasa nikmat langsung melandaku ketika Dika mengulangi gayanya kemarin, ia memeluk pinggangku, dan menarikku berdiri. Penis yang amat kokoh itu langsung terbenam begitu dalam, membuatku melenguh lenguh.
Bukan hanya karena takut, tapi juga tak ingin penis itu lepas dari vaginaku, membuatku tanpa sadar kembali melingkarkan kakiku ke pinggangnya. Rasanya tusukan penis itu semakin dalam, dan aku yang sudah melingkarkan tanganku ke lehernya supaya tubuhku tidak terjatuh ke belakang, aku tak peduli dan terus memagut bibirnya penuh nafsu.
Terakhir aku minum obat anti hamil adalah ketika aku digangbang di ruangan Kantor beberapa hari yang lalu, tapi aku tak kuatir hamil, sebab kini aku sedang bukan dalam masa subur. Aku sudah tak lagi punya niat untuk jual mahal, karena rasa nikmat yang sudah menjalar ke seluruh tubuhku benar benar menghancurkan akal sehatku.
Kini Dika yang terus memompa vaginaku sambil berjalan, rasanya nikmat sekali. Aku heran dan menduga duga ke mana ia mau membawaku, sambil mulai memperhatikan keadaanku. Bajuku masih melekat, walaupun tanpa bra. Aku memang tak pernah tidur dengan memakai bra. Tapi celana panjangku dan celana dalamku tidak ada, dan sempat aku melihat dari pintu kamarku ketika Dika membawa tubuhku keluar, kutemukan kedua benda itu tergeletak di lantai kamarku. Kini Dika tengah menuruni tangga, rupanya hendak mengajak rekannya kemarin untuk bersama sama menikmati tubuhku.
Gawat juga nih. Kalau tiap pagi sarapan sex seperti ini,'' Gumamku...bagaimana aku konsentrasi di pekerjaan.. Tapi aku tak kuasa menolak kenikmatan ini, dan pasrah saja mengikuti kemauan Dika.

Setiap langkahnya di tangga membuat penisnya memompa vaginaku, dan aku orgasme ringan hingga cairan cintaku mengalir semakin banyak,

Akhirnya ia membawaku ke kamar tidur pembantu laki laki di rumahku, di sana juga ada Diki dan Ari yang rupanya sudah menunggu. Dengan nafas tersengal sengal karena sodokan Dika yang semakin gencar, aku yang menyadari akan segera digangbang lagi, mencoba mengingatkan mereka dengan terputus putus bercampur desahan dan lenguhan, “kalian… harus inghh… ingat… yaaah…. ngggh…. aku nantiiii…. harus… Kerja….”.

Tenang non Mita, cuma satu ronde kok. Kami kan juga harus kerja membersihkan bagian luar rumah Non…”. Diki membelai pantatku dan melanjutkan “aduh non, kalau begini non cantik banget lho non, mana ada bintang film porno yang secantik nona kita ini ya?”. Ari yang kini menyibakkan rambutku yang terurai ke belakang telingaku dan menimpali, “Kita ini benar benar beruntung bisa kerja di sini. Di mana lagi kita dapat menikmati nona amoy secantik non Mita ini.. 

seterusnya lagi. Non Mita sendiri kan yang minta? Kalau begini mah, bayaran gak naik juga kita betah lho Non kerja sampai tua di sini”.

Mereka tertawa senang sementara aku yang antara malu bercampur terangsang, tak bisa menanggapi gurauan mereka, karena Dika sudah melanjutkan pompaan penisnya yang sekeras batangan besi itu, membuatku menggeliat dan melenguh dalam pelukannya. “Nggggh.. Dika….aduuuh….emmpph”, Dika juga kini memagutku dengan buas, hingga aku tak bisa lagi bebas melenguh. Yang lain sabar menanti gilirannya dengan caranya masing masing, Diki membelai dan meremas pantat dan payudaraku, sementara Ari membelai belai rambutku yang panjang sampai sepunggung ini, sambil menghirup bau harum rambutku.
Dengan tubuh yang dirangsang 3 orang sekaligus seperti ini, membuat orgasme demi orgasme meluluh lantakkan tubuhku, sampai akhirnya datanglah saat saat yang paling nikmat itu, aku kembali mendapatkan multi orgasme. “Mmmmmph… hnngggh.. oooohhhh… aaa….duuuuuh….” erangku saat tubuhku terlonjak lonjak tak karuan, cairan cintaku membanjir dan membanjir. Betisku melejang lejang, pinggangku tertekuk ke belakang ketika aku menikmati orgasmeku dengan total.

Ah.....mungkin sudah sejam kali aku digenjot Dika, kalau ditambah dengan waktu aku masih tertidur. Ia memang perkasa untuk urusan sex, membuatku semakin kagum padanya. Beberapa menit setelah aku orgasme, Dika juga sudah tak tahan lagi. “Oooh… memeknya non Mita ini…. rasanya membuat penisku seperti diurut urut… sudah 3 menit… aaah… “, erangnya sambil menembakkan spermanya di dalam liang vaginaku.

Aku memejamkan mata ingin menikmati sepuas puasnya rasa hangat yang memenuhi vaginaku. Kurasakan tubuhku dibaringkan di salah satu ranjang mereka, dan penis Dika sudah terlepas dari vaginaku.

Aku membuka mataku, untuk melihat giliran siapa berikutnya. Sedikit beda dari kemarin, sekarang gilirannya Diki, yang sudah mengambil posisi di selangkanganku, dan segera membenamkan penisnya ke dalam vaginaku yang masih sangat basah oleh cairan cintaku dan sperma Dika.

Aku hanya bisa menggeliat pasrah dibawah tindihan Diki, yang dengan penuh semangat menggenjotku sepuas puasnya. Ari masih memainkan rambutku, yang menurutnya sangat indah. Tiba tiba aku teringat penis Dika yang pasti masih belepotan sperma yang bercampur cairan cintaku. 

Entah apa yang mendorongku, tapi aku hampir tak bisa mempercayai bahwa itu adalah suaraku sendiri ketika aku memanggil Dika, “Dik, sini dong aku kulum dan oralin penis  kamu.

Dika yang yang sedang duduk di lantai beristirahat, tentu saja tak perlu kuminta dua kali, ia segera bangkit mendekatiku dan menyodorkan penisnya untuk kuoral, dan tanpa malu malu aku memegang penis yang sudah mengendur itu, kukulum kulum dan kuseruput hingga pipiku terlihat kempot, sampai tak ada sperma yang tersisa, sementara Dika melenguh lenguh keenakan. Benar benar edan! Bagaimana mungkin aku bisa seliar ini? Bahkan aku merasa sperma itu begitu enak dan gurih, apakah ini karena aku mulai ketagihan minum sperma?

Mungkin saja, karena kini aku sudah tak sabar lagi menunggu Diki orgasme, karena aku ingin segera menjilati dan menyedot sperma lagi. Maka setelah penis Dika selesai kuoral sampai bersih, aku segera menggerakkan pinggulku menyambut tusukan demi tusukan Diki, dan benar saja, tak sampai 10 menit Diki sudah menggeram.

Ingin aku memintanya keluar di mulutku, namun aku takut dianggap tidak adil karena tadi Dika sudah keluar di dalam. Maka aku diam saja, membiarkan Diki memuaskan hasratnya untuk menyemprotkan spermanya dalam liang vaginaku. Setelah kurasakan tak ada semprotan lagi, aku segera mendorong tubuhnya sampai penisnya terlepas dari jepitan liang vaginaku, dan buru buru aku berkata, ”Ki, cepat sini…”. Diki pun segera menghampiriku, membenamkan penisnya ke mulutku, dan aku segera menyedot nyedot dengan memejamkan mataku, merasakan tetes demi tetes sperma yang teroleskan di lidahku. Rasanya nikmat sekali, asin dan begitu gurih.

Kini Ari yang sempat tak kulihat batang hidungnya, kulihat kembali, sambil membawa sebuah sendok teh dan piring kecil. Aku tak terlalu memperdulikan hal itu, dan terus mengulum penis Suwito. Tiba tiba, aku melepaskan kulumanku, sambil melenguh pelan karena merasakan nikmat pada selangkanganku. Tak apa apa, toh penis Diki sudah bersih. Tapi bukan itu yang harus kupikirkan, 

maka aku melihat ada apa dengan selangkanganku. Ternyata Ari yang sedang menyendoki lelehan sperma yang bercampur cairan cinta yang mengalir keluar dari vaginaku, dan ditadahi dengan piring kecil tadi. Aku hanya diam menahan nikmat, ketika sendok kecil itu mengorek ngorek vaginaku dengan lembut, seolah menyendoki cairan cintaku dan sperma sperma dari Dika dan Diki. Setelah cukup lama, mungkin setelah vaginaku sudah tak terlalu becek lagi, Ari berkata, 

“Non, non suka peju ya? Saya suapin peju mau ya?”.
Aku dengan sedikit malu, mengangguk pelan, dan Ari mulai menyuapiku dengan lembut seperti menyuapi anaknya yang sedang sakit. Kembali aku merasakan sperma yang bercampur cairan cinta. Suapan demi suapan cairan yang gurih dan nikmat ini membuat aku tak begitu lapar lagi meskipun aku ingat aku belum makan pagi. Setelah jatahku habis,


Ari mulai bersiap menggenjotku, sambil bertanya, “Non Mita, non mau nggak kalau nanti saya mengeluarkan peju dalam mulut non?”. Aku mengangguk senang, kemudian melebarkan selangkanganku selebar lebarnya, karena aku ingat penis Ari ini berukuran raksasa. Kurasakan penis itu sudah mulai melesak sedikit, dan gairahku langsung naik cepat. Apalagi Dika dan Diki ikut menyusu pada payudaraku dengan remasan remasan kecil.
“Aduh… oooh…”, erangku antara sakit dan nikmat. Tetap saja ada rasa sakit yang melanda vaginaku, karena ukuran penis pak Arifin sangat besar.

Tapi kini aku bisa lebih cepat beradaptasi, dan mulai mengimbangi genjotan sopirku ini. setelah rasa sakit itu lenyap, aku mulai mendesah dan melenguh keenakan. Penis itu seolah menancap begitu erat, sehingga ketika Ari menarik penisnya, seolah vaginaku yang menjepit penisnya ikut tertarik, dan tubuhku terangkat sedikit. Namun ketika penis itu menghunjam, rasanya vaginaku serasa sedang dimasuki daging keras yang besar hingga sesak sekali. Tak sekeras punya Dika memang, tapi masih keras untuk ukuran orang seumur Ari. Dan cukup keras untuk membuat aku serasa melayang ke awan. Rasa nikmat ini akhirnya membuat aku orgasme, kembali kakiku melejang lejang membuat jepitan vaginaku pada penis Ari makin erat, dan ini membuat Ari kelabakan, penisnya berkedut kedut. Ia segera menarik penisnya lepas dari vaginaku dengan tergesa gesa, dan segera membenamkan penisnya dalam mulutku.
Segera semprotan spermanya yang juga terasa asin dan gurih, membasahi kerongkonganku. Aku terus melahap sperma itu, menjilati dan mengulum penis itu hingga bersih. Aku sudah tak merasa lapar lagi setelah sarapan sperma dan cairan cintaku sendiri. Mereka bertiga akhirnya duduk mengatur nafas mereka yang masih memburu. Dika yang paling duluan pulih, namun sesuai janji mereka, ini hanya satu ronde. Tiba tiba kakaku pulang dan dengan segera kami memakai celana dalam dan celana panjang ini, kemudian berlari kembali ke kamarku. 

Yang lain juga segera memakai bajunya masing masing, kemudian segera keluar dari kamar tempat kami pesta sex barusan, seolah olah sedang bekerja seperti biasa.
aku sudah di dalam ruang makan ketika kudengar deru mesin mobil abangku di garasi. Rupanya dosen yang mengajar mata kuliahnya pagi ini tidak datang. Aku naik tangga dengan jantung berdegup kencang, akhirnya sampai juga aku ke dalam kamarku dan Sempat kulihat jam, ternyata sudah jam 09:30. Dan aku segera masuk ke kamar mandi, membersihkan tubuhku dari keringatku dan keringat 3 orang pembantuku, juga vaginaku kucuci bersih, hingga terasa kesat.

Mungkin karena cuma 1 ronde, tubuhku tak terlalu lelah. Selesai mandi, aku mengeringkan tubuhku sambil memastikan tak ada tanda tanda aku baru saja bermain sex dengan mereka. Lalu aku memakai baju santai, dan turun ke ruang makan. Di sana sudah menunggu abangku, yang membawakan aku nasi campur di dekat tempat kerjanya, kesukaanku. Yah, kebetulan deh. Aku kan belum makan pagi, cuma sarapan sperma dari mereka bertiga tadi. Aku memeluk abangku dengan senang, dan berkata, “thank you ya abangku yang baik”. abangku hanya tertawa dan menggodaku, 

Abangku kembali ke kamarnya, mungkin main komputer. Aku juga kembali ke kamarku, mempersiapkan diri ke kantor. Sekarang sudah jam 10, aku biasanya berangkat jam 11:30. masih ada satu setengah jam lagi, aku menyiapkan seragamku, dan tas kerjaku yang membuatku teringat tentang obat perangsang itu. Lalu aku menyisir rambutku rapi, dan duduk manis di ranjangku. Sambil menunggu, aku menelepon temanku, dan kami ngobrol sampai tak terasa sudah waktunya aku harus berangkat. Setelah berpamitan, aku mengenakan seragam kerjaku lalu berpamitan pada kokoku, dan turun ke garasi.

Seperti biasanya, Ari supirku menawarkan diri untuk mengantarku, tapi kutolak halus karena aku ingin menyetir mobil sendiri. Dalam perjalanan, aku mengingat ingat kejadian pagi ini, dan membayangkan besok aku harus melayani mereka bertiga lagi karena abgnku juga herus kerluar kota besok pagi. Hmm, sarapan sex tiap pagi sebelum ke ke kantor? aku menggelengkan kepala tak habis pikir,

Kenapa aku begitu haus akan seks dan kenikmatan sperma lelaki manapun.

ceritaseksualiti.blogspot.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox